“Aku lebih baik darimu (langit), karena Allah SWT telah menghiasiku dengan hamparan pulau, lautan, sungai, pepohonan, pegunungan dan lain sebagainya,” kata Bumi.
Maka, berkatalah langit, “aku lebih baik darimu (bumi), karena matahari, bulan, bintang, falaq (garis edar), buruj (gugusan bintang), arsy (singgasana-Nya), kursy (kekuasaan-Nya) dan surga berada padaku.”
Seolah tak mau kalah, Bumi kemudian membalas, “dan padaku ada Baitullah (Ka’bah) yang selalu diziarahi dan digunakan untuk melaksanakan ibadah thawaf oleh seluruh para Nabi dan Rasul, ulama, ahli hukum, para pembesar dan orang-orang yang beriman.”
Sejurus kemudian, Langit berkata, “dan padaku ada Baitil Ma’mur, yang digunakan thawaf oleh seluruh malaikat, dan padaku ada surga yang menjadi tempat para arwah Nabi dan Rasul, ulama yang mengamalkan ilmunya, para hukama, para pembesar dan orang-orang saleh.”
Maka bumi pun menjawab, “sesungguhnya pemimpin para Rasul dan penutup para Nabi, kekasih rabbil alamin berada padaku, dan syari’atnya berjalan di atasku.”
Ketika mendengar jawaban tersebut, Langit terdiam dan tidak mampu menjawab. Ia lantas mengadu kepada Allah SWT, “Ya Allah, Engkau Maha mengijabah doa hamba yang butuh ketika berdoa, kini aku tak mampu menjawab bumi. Maka aku mohon agar Engkau sudi menaikkan Nabi Muhammad SAW padaku, sehingga aku bisa berbangga kepada bumi dengan Mi’rajnya Nabi SAW.”
Allah SWT kemudian mengabulkan permintaan langit dan memberikan wahyu kepada malaikat Jibril, tertanggal malam 27 Rajab. Allah SWT memerintahkan kepada malaikat Jibril, “wahai Jibril, bawalah padaku Nabi Muhammad SAW.”
Jibril lalu bergegas bersama Mikail ke Surga. Sewaktu tiba di surga, keduanya melihat 40.000 Buraq sedang memakan rumput surga, tetapi Jibril dan Mikail melihat satu Buraq yang selalu menundukkan kepalanya dan menangis dengan air mata yang deras.
Malaikat Jibril kemudian bertanya kepada Buraq tersebut, “wahai Buraq, ada apa denganmu?”
“Wahai Jibril, aku telah mendengar seorang hamba yang bernama Muhammad SAW selama 40.000 tahun. Entah mengapa aku jatuh cinta dan merindukan pemilik nama ini. Sejak itulah, aku butuh makanan dan minuman karena aku telah terbakar api kerinduan”, terang Buraq.
Jibril kemudian berkata, “aku akan mempertemukanmu dengan orang yang kau rindukan tersebut.”
Malaikat Jibril kemudian membawanya bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, untuk melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj dari bumi (Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsha) ke langit, hingga menembus sidratul muntaha.
Syekh Utsman Ibn Hasan al-Khoubawy dalam kitabnya Durrotun Nasihin,
Qila debat ini jugalah yang merupakan musabab terjadinya Mi’raj Nabi SAW.