Saat ngaji dalam Seribu Rebana di halaman Masjid Baitussalam Dusun Cuwalang Desa Daditunggal Kecamatan Ploso, Sabtu (26/2/2022) malam Ahad Wage, KH Nurhadi (Mbah Bolong), cerita almarhum KH Mohammad Djamaluddin Ahmad Tambakberas yang baru wafat. “Saya ini 12 tahun nyantri di Kiai Jamal,” tuturnya.
Bahkan sempat jadi kepala pondok. Selama nyantri itu, yang sangat diperhatikan Kiai Jamal adalah salatnya santri.
“Kiai Jamal tidak pernah marah ada santri bayarnya telat. Tapi beliau sangat ngamuk kalau ada santri tidak salat jamaah,” tegasnya.
Saking marahnya pada santri yang tidak salat jamaah, sampai-sampai disawat paving. “Tapi yo gak dikenekno,” ucap Mbah Bolong..
Mbah Bolong cerita, Kiai Jamal pernah matur kepada Kiai Jalil Tulungagung. Kiai, saya ini kok sangat marah kalau ada santri tidak salat jamaah.
“Kiai Jalil menjawab; Tidak apa-apa Kiai Jamal. Itu sirri nya syariat,” urai Mbah Bolong..
Para wali Allah, memang sangat memperhatikan syariat. Sebab tidak mungkin mencapai maqom makrifat tanpa berpegang pada syariat.
Dan memang sudah ada kiai besar yang menyatakan Kiai Jamal sebagai wali.
“Mbah Maimun Zubair pernah dawuh kepada santrinya. Di Indonesia ada 87 wali. Salah satunya yang tidak banyak dikenal masyarakat yakni Kiai Jamal Tambakberas,” urai Mbah Bolong..
Mbah Bolong juga menyampaikan dawuh Rasulullah Muhammad sollallahu alaihi wa sallam; Orang yang salat jamaah akan diberi lima hal.
Pertama, bebas dari kesulitan masalah rezeki. Maksudnya rezekinya lancar.
Kedua, bebas siksa kubur.
Ketiga, menerima catatan amal tangan kanan.
Keempat, melewati jembatan sirotol mustaqim secepat kilat.
Kelima, masuk surga tanpa hisab.
Mugi Allah subhanahu wa ta’ala paring kita saget istiqamah salat jamaah.