Rab. Mar 22nd, 2023
manakib. (lektur)

Saat ngaji Rabu (8/6/2022), Pengasuh jam’iyah Manakib Jawahirul Ma’ani Jombang, KH Fatchur Rachman Abdul Karim (Gus Tuk) cerita bedanya ilmu hikmah dan ilmu lainnya. “Ilmu hikmah itu harus diterima apa adanya seperti yang diberikan guru. Tidak boleh diubah-ubah,” tuturnya.

Beliau mencontohkan hizib. Satu hizib versinya bisa macam-macam. Karena memang masing-masing mengamalkan sesuai yang dia terima dari gurunya.

Manakib juga demikian. “Jangan karena merasa pintar nahwu, kemudian lihat ada i’rab yang salah di manakib, lalu diubah,” terangnya.

Bukan manakib nya yang harus disesuaikan dengan otak kita. Tapi otak kita yang harus menyesuaikan.

Gus Tuk mencontohkan kalimat di manakib; Agisni, agisni (Tolonglah aku, tolonglah aku).

Kalau kita imam, mestinya membacanya kan, agisna, agisna. Tolonglah kami, tolonglah kami.

“Tetap dibaca agisni karena i’rab riwayah. Bukan i’rab lafdi,” jelasnya.

Pengasuh PP Fathul Falah Ngampelrejo Blaru Badas Kediri, Gus Soleh, juga pernah cerita. Gus Soleh ini termasuk pengamal Manakib Jawahirul Ma’ani.

Suatu ketika ada orang yang pintar nahwu melihat ada kesalahan i’rab di manakib. Orang itu lantas mengubah nya. “Orangnya langsung gila,” kata Gus Soleh.

Untuk manakib saja seperti itu. Apalagi untuk Alquran.

Gus Tuk menyarankan, untuk doa-doa yang ada dalam Quran, jangan diubah. Walaupun kita jadi imam.

Misalnya doa dalam QS Ibrahim 40-41 diatas. Walaupun jadi imam, jangan merubah rabbij’alni (ya Allah jadikanlah saya) menjadi rabbij’alna (ya Allah jadikanlah kami)..

“Alquran itu dibaca apa adanya saja semua yang mendengar sudah dapat pahala. Apalagi yang mengamini doa dalam Alquran, pasti juga dapat bagian yang sama,” paparnya.

Mugi Allah subhanahu wa ta’ala paring kita saget ngelampahi..

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *