Saat ngaji kitab Irsyadul Ibad karya Syekh Zainuddin Almalibari dalam Lailatul Ijtima Ranting NU Candimulyo edisi 190 di Musala Baiturrohman Nglundo Utara, Kamis (25/11/2021), Wakil Rois Syuriyah PCNU Jombang, KH Muhammad Soleh, menjelaskan keutamaan diam.
“Rasulullah Muhammad sollallahu alaihi wa sallam bersabda; Barang siapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, maka sebaiknya hanya berkata yang baik atau diam,” tuturnya.
Kiai Soleh menjelaskan, hal itu berlaku baik dalam ucapan lisan maupun tulisan.
Baik dalam dunia nyata maupun luna maya.
“Dalam WA juga begitu. Jangan sampai menyakiti orang lain,” pesannya.
Dr KH Afifuddin Dimyati Alhafid (Gus Awis), pengasuh PP HQ Darul Ulum Rejoso, yang kini masuk jajaran syuriyah PBNU, pernah cerita keutamaan diam.
Dalam Alquran, ada dua cerita soal puasa diam. Semuanya disebut kan dalam Surat Maryam. Yakni yang dilakukan Nabi Zakaria.
Serta yang dilakukan Siti Maryam dalam ayat diatas.
Gus Awis cerita, ada perempuan yang umurnya sudah matang. Kalau tidak ndang nikah, khawatir nya tidak laku.
Misalnya makanan mungkin sudah mendekati expired atau kedaluwarsa.. hehehe
Perempuan ini lantas sowan kiai. Minta saran agar cepat dapat jodoh.
Oleh si kiai, dia disarankan puasa diam selama 40 hari.
Nah, belum sampai tuntas puasa diam 40 hari, dia sudah dilamar orang..
Ini menunjukkan bahwa diamnya lisan itu membuat hajat kita lebih mudah dikabulkan Allah subhanahu wa ta’ala.
Diam juga membuat pekerjaan cepat selesai.. (klo disambi ngomong ae, kapan nulis nya ini selesai) hehehe..
Bahkan saat berhubungan dengan istri, kita dianjurkan diam..
Hubungan dengan istri sambil ngomong, kalau jadi anak, dikhawatirkan lahir dalam kondisi bisu…
Mugi Allah subhanahu wa ta’ala paring kita bisa berkata-kata yang baik atau diam.