Rab. Mar 22nd, 2023
Dr Mustain Syafie

Saat membahas tafsir ayat diatas, DR KH Ahmad Mustain Syafiie Alhafid Tebuireng, mengajukan pertanyaan kritis.

Di dalam perahu itu kan ada penumpang lain. Seperti sopir, nelayan, Nabi Khidir, Nabi Musa dan pendereknya. Tapi kenapa yang protes kepada Nabi Khidir hanya Nabi Musa; Kenapa perahu ini kamu lubangi?

Atas pertanyaan ini, Kiai Mustain mengajukan dua alternatif jawaban.

Pertama, karena warga kampung itu sudah tahu tipikel Nabi Khidir. Nabi Khidir sudah dikenal sebagai orang yang membawa berkah, sohibul barokah. Sehingga apapun yang dia lakukan, warga tidak pernah protes.

Barangkali seperti kisah Gus Qomari Junggo, Ngoro, Jombang, wali yang tampilannya seperti gembel.

Pak Wahab saat ngajar di MAN Genukwatu pernah cerita. Ada orang baru dapat uang banyak, sebut saja namanya si A.
Lalu si A ini didatangi Gus Qomari. Semua uang si A diminta oleh Gus Qomari. Dan oleh si A diberikan. Karena dia paham bahwa Gus Qomari ini wali..

Malamnya, rumah si A didatangi kawanan pencuri. Otomatis si pencuri tidak mendapatkan uang yang diincar. Besoknya, Gus Qomari datang mengembalikan uang yang kemarin diminta.

Nah, karena warga kampung nelayan sudah sangat familiar dengan Nabi Khidir, maka tidak protes sedikit pun terhadap ulahnya.

Nabi Musa yang pendatang, kagetan. Sehingga melihat yang dilakukan Nabi Khidir langsung protes.

Alternatif kedua, yang protes hanya Nabi Musa karena hanya Nabi Musa yang pandangannya dibuka oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Penumpang lainnya tidak melihat Nabi Khidir melubangi perahu. Sehingga tidak ikutan protes seperti Nabi Musa…

Dua alternatif itu, menurut saya, penting kita pakai sebagai kacamata dalam melihat apapun yang gak cocok di hati.

Baca Juga  Tugas Syuriyah NU Ngeloni Masjid Mushola

Ketika ada yang ngomong kok gini, kok gitu, kita harus yakin, bahwa ini pasti ada hikmahnya…

 

Ketika ada yang ngomong kok gini, kok gitu, kita bisa menjawab; ’’Aku tidak melihatnya dengan mata kepalaku. Jadi aku no coment.’’

Kalau toh melihat langsung dengan mata kepala, barangkali itu seperti oase di gurun pasir….

Koyoke enek air, tapi begitu didatangi, asline ora enek…

Atau barangkali, kita seperti orang yang sedang mabuk cinta dan rindu…
Koyok-koyok kita mendengar panggilan dari sang kekasih, padahal aslinya tidak ada yang memanggil…

Kalau memang wis haqqul yaqin dengan yang dituduhkan itu; Doakan saja; Allahummahdina wa lahum…
Ya Allah, berilah kami dan mereka hidayah…

فَانْطَلَقَا حَتَّىٰ إِذَا رَكِبَا فِي السَّفِينَةِ خَرَقَهَا ۖ قَالَ أَخَرَقْتَهَا لِتُغْرِقَ أَهْلَهَا لَقَدْ جِئْتَ شَيْئًا إِمْرًا

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *